
Mengapa Banyak Investor Mengincar Saham BBRI?
Bayangin kamu punya teman yang tiap kali ngobrol soal saham, selalu nyebut “BBRI itu wajib punya, Bro.” Bukan cuma satu atau dua orang, tapi banyak! Kenapa, sih, saham BBRI bisa sepopuler itu?
Jawabannya bisa jadi simpel: karena stabilitas dan potensi return-nya yang menggoda. Saham BBRI udah kayak rumah kontrakan di lokasi strategis—nggak pernah sepi peminat.
Reputasi dan Posisi Strategis BRI di Industri Perbankan
BRI (Bank Rakyat Indonesia) adalah salah satu bank BUMN paling tua di Indonesia. Tapi jangan anggap tua berarti lemah. Justru, BRI ibarat pepohonan besar yang makin kuat akarnya.
Dengan fokus utama ke segmen UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah), BRI berhasil membangun fondasi bisnis yang luas dan tahan banting. UMKM ini penyumbang tulang punggung ekonomi nasional, jadi bisa dibilang BRI jalan bareng dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dari segi brand awareness, siapa sih yang nggak kenal BRI? Jaringannya ada di pelosok, dari kota besar sampai desa. Bahkan, beberapa desa hanya punya satu bank—dan itu BRI.
Itulah kenapa investor besar sampai ritel nggak ragu koleksi saham BBRI. Mereka tahu, selama Indonesia masih tumbuh, BRI pasti ikut naik daun.
Nilai Kapitalisasi Pasar yang Kuat dan Konsisten
Nah, kalau kamu buka data BEI (Bursa Efek Indonesia), saham BBRI termasuk salah satu top 5 kapitalisasi pasar terbesar. Artinya, nilai total saham yang beredar itu gede banget. Ini bukan cuma soal angka besar, tapi soal kepercayaan pasar.
Dengan kapitalisasi pasar yang besar, saham BBRI cenderung lebih likuid. Artinya, gampang jual beli tanpa bikin harga anjlok. Ini penting banget buat investor jangka panjang yang pengen tenang tidur malam tanpa mikirin saham jeblok esok harinya.
Konsistensi pertumbuhan kapitalisasi ini juga ngasih sinyal bahwa saham BBRI bukan tipe yang naik turun kayak roller coaster. Stabil, naik pelan tapi pasti—cocok buat kamu yang sabar nunggu cuan maksimal.
Fundamental Saham BBRI: Apakah Masih Layak?
Banyak yang bilang, “Kalau mau investasi jangka panjang, lihat dulu fundamentalnya.” Betul banget. Karena saham bagus bukan yang lagi hype, tapi yang bisa tahan 10–20 tahun ke depan.
Nah, sekarang pertanyaannya: apakah fundamental saham BBRI masih layak? Jawabannya: YA. Tapi yuk kita bedah satu per satu.
Laporan Keuangan Terbaru dan Kinerja Tahunan
Kalau kamu pernah baca laporan keuangan BBRI, pasti tahu perusahaan ini termasuk yang rajin kasih kabar baik tiap kuartal.
Pendapatan dan laba bersihnya naik hampir tiap tahun. Misalnya, di 2024 saja, BBRI mencetak laba bersih lebih dari Rp 60 triliun, naik signifikan dibanding tahun sebelumnya. Ini bukan angka kecil. Ini bukti manajemen tahu cara kelola uang dan ekspansi bisnis dengan cerdas.
Yang bikin tambah menarik, BBRI juga sukses jaga NPL (Non Performing Loan) alias kredit macet di level rendah. Padahal BRI banyak kasih kredit ke UMKM, yang biasanya lebih berisiko. Ini artinya, sistem risk management mereka kuat banget.
Rasio-rasio seperti ROE (Return on Equity) dan ROA (Return on Assets) juga termasuk terbaik di sektor perbankan Indonesia. ROE di atas 18%, ini udah di atas rata-rata industri. Artinya, setiap uang yang ditanamkan investor, bisa balik lebih cepat dalam bentuk keuntungan.
Dividen Konsisten dan Return yang Menarik
Buat kamu yang senang cuan pasif, saham BBRI cocok banget. Kenapa? Karena perusahaan ini hampir selalu bagi dividen tiap tahun. Bahkan, persentasenya termasuk tinggi dibanding saham-saham lain di sektor perbankan.
Sebagai gambaran, di tahun 2023, dividen yield BBRI mencapai sekitar 4–5%. Lumayan banget kalau kamu pegang jangka panjang dan reinvest dividen ke saham lagi.
Gaya ini sering disebut “snowball effect” dalam investasi. Semakin sering kamu reinvest, semakin besar potensi compounding-nya. Dan karena BBRI termasuk saham blue chip yang harga cenderung naik, hasil dari dividen tadi bisa tumbuh jadi jauh lebih besar di masa depan.
Kalau kamu udah pegang BBRI selama 10 tahun terakhir, kemungkinan besar return-mu udah dobel atau bahkan lebih. Itu belum termasuk dividen, loh!
Saham BBRI dari Kacamata Investor Jangka Panjang
Kalau kamu tanya investor kawakan yang udah puluhan tahun main di pasar modal, banyak dari mereka pasti punya satu jawaban seragam: “Saham BBRI itu layak disimpan jangka panjang.” Tapi apa benar semudah itu? Yuk kita bahas dari dua sisi: stabilitas harga dan ketahanan saat krisis.
Tren Harga dan Stabilitas dalam 10 Tahun Terakhir
Coba kamu cek grafik harga saham BBRI dari 2013 sampai sekarang. Garisnya memang bukan lurus ke atas kayak roket, tapi justru itu poin pentingnya: naiknya konsisten, meskipun perlahan.
Harga saham BBRI di tahun 2013 ada di kisaran Rp 3.000-an (setelah stock split). Sekarang? Sudah di atas Rp 5.000 dan sempat menyentuh Rp 6.000. Artinya, dalam 10 tahun, potensi capital gain-nya mencapai lebih dari 100%.
Ini belum termasuk dividen tahunan yang terus mengalir. Kalau kamu reinvest dividen, nilai investasi kamu bisa tumbuh lebih dari dua kali lipat.
Apa yang bikin harga BBRI stabil? Karena BRI bukan tipe perusahaan yang keuntungannya naik turun drastis. Mereka main di sektor “roti dan nasi”—alias kebutuhan dasar masyarakat. Orang mau resesi atau euforia ekonomi, tetap butuh akses keuangan.
Di mata investor jangka panjang, stabilitas ini jauh lebih penting daripada volatilitas tinggi yang penuh risiko. Apalagi kalau tujuannya pensiun dari dividen.
Risiko dan Ketahanan Saat Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi 2008? BBRI selamat. Pandemi COVID-19 2020? BBRI sempat koreksi, tapi bangkit lebih cepat dari banyak saham lain. Bahkan waktu ekonomi sempat ambruk, BBRI masih sempat bagi dividen.
Ini jadi indikator bahwa manajemen perusahaan tahu cara bertahan saat badai datang. Mereka nggak sembarangan ekspansi, dan punya buffer finansial kuat buat menahan tekanan.
Sektor UMKM yang jadi tulang punggung bisnis BRI memang sempat goyah saat pandemi. Tapi cepat pulih karena sifatnya sangat elastis dan dekat dengan kebutuhan masyarakat sehari-hari.
Jadi kalau kamu termasuk investor yang suka tidur nyenyak tanpa pusing mikirin saham tiap hari, BBRI layak banget dipertimbangkan. Dia udah teruji badai.
Apakah Valuasi Saham BBRI Terlalu Mahal?
Salah satu pertanyaan klasik: “Saham BBRI kayaknya udah mahal, ya? Masih layak dibeli nggak sih?”
Well, harga mahal itu relatif. Kita perlu lihat dari sudut valuasi, bukan sekadar angka nominal. Mari kita kupas lewat dua metrik utama: PER dan PBV.
Analisis Rasio PER dan PBV
PER alias Price to Earnings Ratio adalah rasio yang ngasih tahu berapa harga saham dibandingkan dengan laba per sahamnya. PBV alias Price to Book Value menunjukkan harga pasar dibandingkan nilai bukunya.
Per Juli 2025, PER BBRI ada di kisaran 17–18x, dan PBV sekitar 2,5–2,8x. Sekilas, mungkin terlihat tinggi. Tapi kamu harus bandingkan dengan performa perusahaan. BBRI termasuk perusahaan yang punya ROE tinggi dan pertumbuhan laba stabil, jadi rasio tinggi ini bisa dibilang masih “wajar”.
Bahkan, banyak analis menyebut valuasi BBRI itu premium karena kualitasnya juga premium. Ibarat beli mobil, kamu nggak mungkin bandingin harga Toyota Fortuner dengan mobil LCGC, kan?
Kuncinya bukan semata murah atau mahal, tapi apakah perusahaan itu bisa terus tumbuh dan kasih return. Dan sejauh ini, BBRI konsisten kasih itu semua.
Dibandingkan dengan Bank Lain di LQ45
Kalau dibandingkan dengan saham bank besar lain seperti BMRI, BBNI, atau bahkan BBCA, BBRI punya karakter unik. Dia paling fokus ke UMKM, sementara bank lain lebih ke korporasi dan konsumer.
Valuasi BBCA biasanya memang paling tinggi, tapi pertumbuhannya relatif konservatif. Sedangkan BBRI lebih agresif dalam ekspansi kredit mikro dan digitalisasi, yang bikin potensi pertumbuhan ke depan lebih besar.
Dalam konteks LQ45, BBRI termasuk top performer secara historis. Jadi meskipun valuasi sekarang tergolong premium, banyak investor institusi tetap masuk karena tahu potensi jangka panjangnya lebih cerah dibanding banyak saham lain.
Strategi Investasi Saham BBRI untuk Pemula
Masih baru mulai investasi? Nggak masalah! Saham BBRI justru salah satu saham yang paling ramah pemula. Tapi kamu tetap perlu strategi biar nggak nyasar beli di harga puncak atau panik waktu koreksi.
Dollar Cost Averaging (DCA)
DCA adalah strategi di mana kamu beli saham secara berkala dengan nominal tetap, misalnya Rp 500 ribu per bulan. Teknik ini cocok banget buat pemula, terutama saat menghadapi saham kayak BBRI yang valuasinya sering premium.
Dengan DCA, kamu nggak perlu tebak harga. Beli aja rutin, nanti kamu akan dapat harga rata-rata yang ideal dalam jangka panjang.
Strategi ini juga membantu kamu tetap disiplin dan nggak terjebak emosi pasar. Misalnya, waktu harga BBRI drop karena berita global, kamu nggak panik. Justru bisa beli lebih banyak dengan harga lebih murah.
Dari pengalaman banyak investor sukses, DCA ke saham BBRI selama 5–10 tahun hampir pasti menghasilkan keuntungan. Nggak perlu jago teknikal, yang penting konsisten.
Tips Menentukan Waktu yang Tepat Beli
Meski DCA disarankan, bukan berarti kamu nggak bisa manfaatkan momen. Waktu terbaik beli saham BBRI biasanya:
- Saat pasar koreksi besar (contohnya waktu pandemi).
- Setelah pembagian dividen, karena harga cenderung turun sejenak.
- Saat rilis laporan keuangan yang hasilnya bagus, tapi pasar belum respons.
Pantau berita ekonomi makro dan arah suku bunga. Kalau suku bunga turun, saham bank cenderung naik karena margin bunga bersih mereka meningkat.
Ingat, kamu nggak perlu jadi analis hebat buat cuan di saham BBRI. Yang penting: sabar, disiplin, dan pegang jangka panjang.
Bagaimana Prospek Saham BBRI dalam 5–10 Tahun ke Depan?
Sekarang kita bicara masa depan. Karena keputusan untuk investasi jangka panjang selalu bergantung pada satu hal penting: apakah perusahaan itu masih relevan dan bertumbuh dalam 5–10 tahun ke depan?
Untuk saham BBRI, jawabannya hampir pasti: iya. Bahkan potensinya makin besar.
Transformasi Digital dan Arah Bisnis BRI ke Depan
BRI bukan lagi sekadar bank tradisional. Dalam beberapa tahun terakhir, mereka agresif melakukan digitalisasi. Mulai dari aplikasi BRImo, sistem kredit digital, sampai kolaborasi dengan startup fintech.
Kamu mungkin tahu, masyarakat Indonesia makin cashless. Mereka pakai dompet digital, QRIS, dan transaksi online. BRI sadar tren ini dan nggak mau ketinggalan. Mereka upgrade infrastruktur teknologi secara masif.
BRImo, aplikasi mobile banking mereka, sudah jadi salah satu yang paling banyak digunakan. Bahkan di 2025, pengguna aktifnya menyaingi aplikasi bank swasta ternama. Ini langkah besar, karena digitalisasi bikin operasional lebih efisien, dan margin keuntungan makin lebar.
Selain itu, BRI juga aktif masuk ke pembiayaan hijau dan ESG (Environmental, Social, and Governance). Ini penting banget karena investor global makin peduli aspek keberlanjutan. Artinya, saham BBRI punya daya tarik jangka panjang di mata investor institusi dunia.
Ekspansi UMKM dan Kekuatan Ekonomi Rakyat
BRI tetap setia dengan segmen UMKM. Tapi jangan salah, justru ini kekuatan terbesar mereka. Di saat bank lain fokus ke kredit korporasi, BRI justru mendalami ekonomi akar rumput—yang terbukti tangguh dan sangat luas.
Saat ekonomi Indonesia tumbuh, UMKM akan ikut naik kelas. Dan siapa yang paling siap mendanai mereka? Yup, BRI.
Bahkan pemerintah juga dorong penyaluran KUR (Kredit Usaha Rakyat) lewat BRI. Dukungan kebijakan ini jadi katalis tambahan buat pertumbuhan laba di masa depan.
Dengan jumlah UMKM di Indonesia mencapai lebih dari 64 juta, dan terus bertambah, potensi BRI hampir nggak ada habisnya.
Saham BBRI Cocok untuk Siapa?
Pertanyaan penting lainnya: saham BBRI itu cocok buat siapa, sih? Jangan asal beli cuma karena orang lain bilang bagus. Kamu perlu tahu apakah profil risikomu cocok dengan karakter saham ini.
Investor yang Cari Stabilitas dan Dividen
Kalau kamu termasuk tipe investor yang nggak suka stres lihat fluktuasi harga harian, maka BBRI cocok banget buat kamu.
Karakter saham ini stabil, likuid, dan rajin bagi dividen. Cocok buat kamu yang pengin nambah penghasilan pasif atau pensiun tenang dengan dividen tahunan.
Pemula yang Baru Mulai Bangun Portofolio
Saham BBRI juga ideal buat pemula. Kenapa? Karena gampang dipahami, performanya transparan, dan termasuk saham blue chip yang banyak direkomendasikan analis.
Kamu bisa mulai dari kecil, misalnya beli rutin tiap bulan lewat DCA. Setelah 5 tahun, kamu bakal kaget lihat hasilnya.
Kapan Saat yang Tepat Menjual Saham BBRI?
Oke, kita udah bahas banyak soal beli. Tapi penting juga untuk tahu: kapan waktu terbaik untuk jual saham BBRI?
Sebenarnya, kalau kamu pegang untuk jangka panjang, kamu nggak perlu jual—cukup nikmati dividennya. Tapi kalau kamu termasuk investor aktif, ada beberapa kondisi yang bisa jadi sinyal jual:
- Harga sudah naik signifikan (lebih dari 100%) dan kamu butuh dana.
- Fundamental perusahaan mulai menurun drastis.
- Ada perubahan besar dalam model bisnis yang bikin ragu.
- Kamu punya peluang investasi lain yang jauh lebih menarik.
Ingat, keputusan jual harus didasari analisis, bukan panik atau ikut-ikutan. Dan untuk saham kayak BBRI, kamu jarang sekali dapat sinyal negatif besar kecuali kondisi ekonomi makro benar-benar berubah drastis.
Kesimpulan: Apakah Saham BBRI Cocok untuk Jangka Panjang?
Jawaban akhirnya: YA, saham BBRI sangat cocok untuk jangka panjang. Dengan reputasi kuat, fundamental solid, dividen konsisten, dan potensi pertumbuhan yang luas, BBRI adalah salah satu aset terbaik untuk dimiliki dalam portofolio jangka panjang.
Apalagi kalau kamu mengincar stabilitas, passive income dari dividen, dan pertumbuhan modal secara bertahap tapi pasti.
Satu pesan penting: investasi saham itu maraton, bukan sprint. Jadi sabar, rutin, dan konsisten adalah kunci. Dan saham BBRI udah terbukti jadi kendaraan investasi yang andal dalam maraton itu.
FAQ Seputar Saham BBRI
1. Apakah saham BBRI cocok untuk pemula?
Iya. BBRI termasuk saham blue chip dengan reputasi bagus, risiko rendah, dan stabil. Cocok buat pemula yang baru belajar investasi.
2. Berapa minimal beli saham BBRI?
Kamu bisa mulai beli saham BBRI hanya dengan 1 lot (100 lembar), tergantung harga saat itu. Misalnya harga per lembar Rp 5.500, berarti cukup siapkan Rp 550.000.
3. Berapa dividen saham BBRI setiap tahun?
Dividen BBRI bervariasi tiap tahun, tapi biasanya yield-nya sekitar 3–5%. Nilai ini termasuk tinggi dan stabil di pasar.
4. Apakah saham BBRI bisa rugi?
Seperti semua saham, pasti ada risiko. Tapi dibanding saham lain, BBRI lebih stabil dan minim risiko jika disimpan jangka panjang.
5. Apakah saham BBRI bisa untuk investasi syariah?
Tidak. Karena model bisnis bank konvensional tidak sesuai dengan prinsip syariah. Namun, kamu bisa pertimbangkan BRIS untuk opsi syariah.
Rekomendasi Artikel Lainnya
Baca juga: 5 Cara Beli Saham Luar Negeri dari Indonesia